BIMBINGAN
KELOMPOK
Disusun guna memenuhi tugas
Mata
Kuliah : Bimbingan dan Penyuluhan
Dosen
Pengampu : Dr. Sopiah, M.Ag
Kelas
: M Reguler Sore
Disusun
oleh :
Dwi Kartika Candra 2021214442
Fatminatul Istiyani 2021214460
M.Yusuf Azhari 2021214486
Nur Hayati 2021214490
JURUSAN
TARBIYAH PRODI PAI
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PEKALONGAN
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak awal hidupnya manusia mengalami kebersamaan dan berusaha mendapatkan
kebahagiaan hidup bersama. Manusia menjadi anggota dalam suatu kelompok.
Kegiatan pendidikan formal juga berlangsung dalam lingkungan kelompok besar dan
kelompok kecil. Perkembangan manusia muda untuk sebagian besar tergantung dari
kualitas kehidupan berkelompok yang dialaminya. Interaksi dan komunikasi dengan
sejumlah manusia muda lain yang tergabung dalam suatu kelompok, sangat
mempengaruhi perkembangan hidup orang yang masih dalam taraf pendidikan.
Bimbingan di sekolah sebagai bagian integral dari pendidikan formal, juga
memanfaatkan pengalaman hidup dalam berkelompok dengan anggota generasi muda
yang lain untuk menunjang perkembangan optimal dari anak didik yang dibimbing,
bahkan dilaksanakan sejumlah kegiatan bimbingan yang khusus dirancang sebagai
kegiatan untuk dilakukan dalam lingkup suatu kelompok. Oleh karena itu, di
samping bentuk bimbingan individual, juga dikenal bentuk bimbingan kelompok.
Seorang tenaga bimbingan profesional harus mahir dalam memberikan bimbingan,
baik secara individual maupun secara kelompok.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa saja yang melatarbelakangi
adanya Bimbingan Kelompok?
2.
Apa yang dimaksud dengan Bimbingan
Kelompok?
3.
Apa saja ciri-ciri suatu kelompok?
4.
Apa saja macam-macam kelompok?
5.
Bagaimana metode dalam Bimbingan
Kelompok?
6.
Apa saja manfaat dari adanya
Bimbingan Kelompok?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Bimbingan Kelompok
Ditinjau
dari sejarah perkembanganya, pelayanan bimbingan kelompok juga berakar dalam
gerakan bimbingan di Amerika Serikat yang dipelopori oleh Frank Pearsons pada
awal abad ini, sama seperti pelayanan bimbingan secara individual. Tidak lama
setelah Frank mencanangkan tentang bimbingan jabatan, beberapa sekolah di
jenjang pendidikan menengah mulai mengelola program bimbingan kelompok dengan
memanfaatkan kelompok struktural yang sudah terbentuk, yaitu unit/satuan kelas.
Selama
tahun 1920 istilah bimbingan
dan pendidikan memiliki arti yang tidak jauh berbeda satu sama lain. Bentuk
bimbingan kelompok secara klasial menjadi ciri khas dari model bimbingan
sebagaimana dikemukakan oleh John M. Prewer dalam bukunya education as
guiance. Brewer berpendapat bahwa tugas pokok semua tenaga kependidikan
adalah mempersiapkan siswa untuk mengatur berbagai bidang kehidupan sedemikian
rupa sehingga bermakna dan memberikan kepuasan seperti bidang kesehatan,
kehidupan keluarga, pekerjaan dan lain sebagainya. Pada masa itu, hampir semua
sekolah di jenjang pendidikan menengah mengelola suatu program bimbingan kelompok
secara klasial. Akan tetapi, tidak sedikit program kegiatan bimbingan kelompok
mengalami kegagalan. Mereka tidak menyadari bahwa tujuan pelayanan bimbingan
berbeda dengan tujuan pendidikan dan seluruh prosedur mendampingi siswa dalam
studi akademik tidak dapat diterapkan begitu saja pada pengelolaan bimbingan di
kelas. Mereka juga belum mengenal bidang ilmu terapan baru yang berkembang
kemudian, yaitu bidang dinamika kelompok. Mereka juga belum mampu menerapkan pelayanan-pelayanan
bimbingan secara kelompok. Oleh karena itu banyak sekolah yang menghapus
program bimbingan kelompok secara klasial.
Sejak
pertengahan 1930-an,
lahir cabang ilmu terapan baru yang khusus mempelajari cara anggota dalam suatu
kelompok berinteraksi satu sama lain dan beroperasi bersama. Pada tahun 1964 Kurt Lewin dan Ronald Lippitt
menyelenggarakan sejumlah loka karya dalam pengelolaan kelompok, memperkenalkan
ilmu terapan ini kepada masyarakat luas. Beberapa lama kemudian gerakan
dinamika kelompok memasuki bidang pendidikan. Dewasa ini, tenaga bimbingan
profesional di institusi pendidikan sekolah harus menguasai dasar-dasar
teoritis dari bekerja dengann kelompok-kelompok mahasiswa dan siswa, serta haus
terampil dalam menyelenggarakan beraneka kegiatan bimbingan secara kelompok.[1]
B. Pengertian Bimbingan Kelompok
Menurut Prayitno bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan
oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Artinya, semua
peserta dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan
pendapat, menanggapi, memberi saran, dan sebagainya. Sedangkan menurut Wibowo
bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan
kelompok, dimana pimpinan kelompok menyediakan informasi-informasi dan
mengarahkan diskusi untuk membantu anggota-anggota kelompok dalam mencapai
tujuan bersama.
Berdasarkan pengertian di atas maka, bimbingan kelompok mengandung makna
sebagai berikut:
1.
Bimbingan kelompok merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika
kelompok.
2.
Bimbingan menimbulkan interaksi
antar anggota kelompok dengan saling mengeluarkan pendapat, memberikan
tanggapan, saran, dan sebagainya.
3.
Bimbingan kelompok dipandu oleh
pemimpin kelompok yang menyediakan informasi-informasi bermanfaat untuk dapat
membantu menignkatkan pengetahuan dan keterampilannya.[2]
C. Ciri-ciri Kelompok
Meskipun suatu
kelompok terdiri sejumlah orang, tetapi kelompok bukan sekedar kumpulan
sejumlah orang. Sejumlah orang yang berkumpul itu baru merupakan “lahan” bagi
terbentuknya kelompok. Beberapa unsur perlu ditambahkan apabila kumpulan
sejumlah orang itu hendak menjadi sebuah kelompok. Unsur-unsur tersebut yang
paling pokok menyangkut tujuan, keanggotaan dan kepemimpinan, serta aturan yang
diikuti.
Sekumpulan orang
akan menjadi kelompok kalau mereka mempunyai tujuan bersama. Seluruh anggota
kelompok melakukan kegiatan yang tertuju pada pencapaian tujuan bersama itu.
Dalam suatu kelompok semua individu yang ada di dalamnya mengikatkan diri pada
satu tujuan. Keanggotaan suatu kelompok justru ditentukan oleh keterikatan
individu yang bersangkutan pada tujuan yang dimaksudkan itu. Keanggotaan
kelompok disini tidak perlu harus dikaitkan pada sistem resmi, harus terdaftar,
mempunyai kartu anggota, membayar iuran, dan lain-lain. Dengan demikian tanda
keanggotaan dalam kelompok adalah rasa kebersamaan yang diikat deengan tujuan
yang satu itu.
Kebersamaan
dalam kelompok lebih lanjut diikat dengan adanya pemimpin kelompok yang
bertugas mempersatukan seluruh anggota kelompok, untuk melakukan kegiatan bersama,
untuk mencapai tujuan yang sama bersama. Adanya pemimpin kelompok sangat
diperlukan, apabila pemimpin itu tidak ada, atau jika pemimpin itu tidak
menjalankan tugasnya dengan baik, maka kelompok berantakan. Para anggota akan
cerai berai dan tujuan bersama tidak akan tercapai.
Selanjutnya,
kelompok yang sudah memiliki tujuan, anggota dan pemimpin itu tidaklah lengkap
apabila belum memiliki aturan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatannya. Tanpa
aturan itu pemimpin kelompok tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik,
kegiatan anggota tidak terarah, atau akan terjadi kesimpangsiuran, atau bahkan
benturan dan kekacauan yang semuanya akan mengakibatkan tujuan bersama tidak
tercapai. Dengan demikian, jelaslah bahwa suatu kelompok membutuhkan aturan,
nilai-nilai, atau pedoman yang memungkinkan seluruh anggota bertindak dan
mengarahkan diri bagi pencapaian tujuan-tujuan yang mereka kehendaki.
Keempat unsur
terbentuknya kelompok tersebut berlaku untuk semua jenis kelompok, baik
ditinjau dari jumlah anggota maupun sifat dan tujuan terbentuknya kelompok.
Menurut sifat pembentukannya dikenal adanya kelompok primer (misalnya satuan
keluarga) dan kelompok sekunder , yaitu kelompok yang dibentuk secara sengaja
untuk tujuan-tujuan tertentu (misalnya kelompok belajar, kelompok murid dalam
satu kelas, kelompok organisasi pemuda, dan lain-lain). Kombinasi karakteristik
kelompok itu (jumlah, sifat, dan tujuan pembentukannya) dapat terpadu dalam
satu kelompok. Kelompok apapun yang terbentuk menuntut adanya unsur-unsur
tujuan bersama, keanggotaan dan kepimpinan, serta aturan.[3]
D. Macam-macam Kelompok
Jane Warters, dalam bukunya yang
berjudul Group Guidance Principles and
Practice,s Mengemukakan bahwa banyak sifat yang bersifat dikotomis yaitu:
1.
Kelompok Primer
dan Skunder
Kelompok
primer dapat dicirikan oleh kontak akrab yang kontinou, seperti dalam keluarga
dan kelompok bermain pada anak dikampung. Kelompok skunder dibentuk atas dasar
minat yang dikejar bersama, seperti satuan kelas di sekolah dan kelompok
pecinta alam dalam kalangan mahasiswa. Kelompok atau group yang dibentuk untuk
kepentingan kegiatan bimbingan bersifat kelompok skunder, baik kelompok besar
maupun kelompok kecil.
2.
Sociogroup
dan Psychogroup
Dalam
kelompok yang pertama tekanannya terletak pada hal yang harus dilakukan
bersama, dalam kelompok yang ke dua tekanannya terletak pada hubungan
antarpribadi. Namun, tekanan itu dapat bergeser sehingga suatu sociogroup dapat menjadi suatu Psychogroup dan sebaliknya, bahkan dalam
kelompok yang sama tekanannya kadang-kadang diberikan pada tugas yang
dikerjakan, dan pada lain waktu unsur kebersamaan lebih diutamakan. Dalam
kelompok atau group yang dibentuk untuk kepentingan kegiatan bimbingan,
pembedaan antara kedua macam kelompok itu tidak sebegitu tajam karena,
disamping mengusahakan sesuatu bersama, pembinaan hubungan antarpribadi juga
harus diperhatikan.
3.
Kelompok
yang Terorganisasi dan Kelompok yang Tidak Terorganisasi
Dalam
kelompok yang terorganisasi terdapat diferensiasi antara peran-peran yang
dipegang oleh anggota/peserrta kelompok, sehingga terdapat suatu struktur.
Struktur itu dapat bersifat sangat formal dan kompleks, dapat pula bersifat
informal dan agak sederhana. Dalam kelompok yang tidak terorganisasi setiap
anggota bergerak lepas yang satu dari yang lain. Kelompok yang terbentuk untuk
kepentingan kegiatan bimbingan adalah kelompok terorganisasi, lebih-lebih
karena dibentuk di bawah pengawasan tenaga bimbingan. Namun, struktur
organisasinya cenderung bersifat informal dan agak sederhana. Kelompok seluruh
anggota OSIS yang mewakili para siswa di suatu sekolah adalah kelompok yang
terorganisasi, dengan struktur yang jauh lebih formal.
4.
In Group dan Out Group
Dalam
kelompok yang pertama para anggota merasa terikat antara satu sama lain dan
menunjukkan loyalitas satu sama lain. Anggota out group adalah mereka yang bukan anggota kelompok tertentu, di antara
mereka tidak terdapat rasa loyalitas, rasa simpati, dan rasa ketertarikan,
bahkan mungkin terdapat rasa antipati dan rasa benci. Kelompok yang dibentuk untuk
kepentingan kegiatan bimbingan tidak mengikuti pola pembedaan ini karena
kelompok/gabungan itu tidak pernah boleh menghasilkan perbedaan tajam.
5.
Kelompok
yang Keanggotaannya Bebas serta atas Dasar Sukarela dan Kelompok yang
Keanggotaanya Diwajibkan
Di antara
kelompok yang dibentuk untuk kegiatan bimbingan ada yang dibentuk atas dasar
sukarela, misalnya kelompok konseling, dan ada juga yang dibentuk atas dasar
kewajiban sebagai siswa yang bersekolah di institusi pendidikan tertentu,
misalnya satuan kelas pada waktu tertentu menerima bimbingan karier.
6.
Kelompok
Tertutup dan Kelompok Terbuka
Kelompok
tertutup terdiri atas mereka yang mengikuti kegiatan kelompok sejak permulaan dan
tidak menerima anggota baru sampai kegiatan kelompok berhenti. Kelompok terbuka
memungkinkan adanya orang keluar dan orang masuk selama kegiatan kelompok
berlangsung. Kelompok atau group kecil yang dibentuk dengan tujuan khusus
cenderung bersifat tertutup seperti kelompok konseling, sedangkan kelompok
besar lebih bersifat terbuka seperti, satuan kelas bila ada siswa baru masuk.[4]
E. Teknik-teknik Bimbingan Kelompok
Teknik-teknik bimbingan kelompok
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1.
Home Room
Progam
Kegiatan ini
dilakukan di dalam kelas dalam bentuk pertemuan antara guru dengan murid di
luar jam-jam pelajaran untuk membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu.
2.
Karya Wisata
Dengan karya
wisata murid meninjau objek-objek menarik dan mereka mendapat informasi yang
lebih baik dari objek itu.
3.
Diskusi Kelompok
Setiap murid
mendapat kesempatan untuk memecahkan suatu masalah bersama-sama dengan menyumbangkan pikiran
masing-masing.
4.
Organisasi
Murid
Murid
mendapat kesempatan untuk belajar mengenai berbagai aspek kehidupan sosial.
Mereka dapat mengembangkan bakat kepemimpinnya, di samping memupuk rasa
tanggung jawab dan harga diri.[5]
F.
Manfaat
Bimbingan Kelompok
Berikut adalah beberapa manfaat bimbingan kelompok :
1. Terbatasnya
tenaga pembimbing berbanding terbalik dengan siswa yang butuh dibimbing
sehingga pelayanan bimbingan secara perseorangan tidak akan merata.
2. Murid
dilatih menghadapi suatu permasalahan atau tugas bersama dan memecahakan
masalah bersama.
3. Murid
didorong untuk berani mengemukaan pendapatnya dan menghargai pendapat orang
lain.
4. Banyak
informasi yang dibutuhkan oleh murid dapat diberikan secara kelompok dan cara
tersebut lebih ekonomis.
5. Murid
menjadi sadar bahwa mereka butuh penyuluhan untuk mendapatkan bimbingan secara
mendalam.
6. Seorang
ahli yang baru saja diangkat dapat memperkenalkan diri dan berusaha mendapatkan
kepercayaan dari murid.[6]
BAB III
PENUTUP
Ditinjau
dari sejarah perkembanganya, pelayanan bimbingan kelompok juga berakar dalam
gerakan bimbingan di Amerika Serikat yang dipelopori oleh Frank Pearsons pada
awal abad ini, sama seperti pelayanan bimbingan secara individual. Tidak lama
setelah Frank mencanangkan tentang bimbingan jabatan, beberapa sekolah di
jenjang pendidikan menengah mulai mengelola program bimbingan kelompok dengan
memanfaatkan kelompok struktural yang sudah terbentuk, yaitu unit/satuan kelas.
Menurut
Prayitno bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
sekelompok orang, dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Artinya, semua peserta
dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat,
menanggapi, memberi saran, dan sebagainya. Sedangkan menurut Wibowo bimbingan
kelompok adalah suatu kegiatan kelompok,
dimana pimpinan kelompok menyediakan informasi-informasi dan mengarahkan
diskusi untuk membantu anggota-anggota kelompok dalam mencapai tujuan bersama.
Jane Warters, dalam bukunya yang
berjudul Group Guidance Principles and
Practice,s Mengemukakan bahwa banyak sifat yang bersifat dikotomis yaitu:
1.
Kelompok primer dan skunder
2.
Sociogroup
dan psychogroup
3.
Kelompok yang terorganisasi dan
kelompok yang tidak terorganisasi
4.
In group dan out group
5.
Kelompok yang keanggotaannya bebas
serta atas dasar sukarela dan kelompok yang keanggotaanya diwajibkan
6.
Kelompok tertutup dan kelompok
terbuka
Teknik-teknik bimbingan kelompok
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut; home room progam, karya wisata, diskusi
kelompok, dan organisasi murid.
DAFTAR PUSTAKA
Hartinah, Siti. 2009. Konsep
Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung : Rafika Aditama
Prayitno dan Erman Amti.
1999. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Rineka Cipta
Satriah, Lilis. 2014. Bimbingan
dan Konseling Kelompok (Seting Masyarakat). Bandung : Pustaka Kasidah Cinta
Umam, Khairul dan A.
Achyar Aminudin. 1998. Bimbingan dan Penyuluhan. Bandung: CV Pustaka Setia
Vinkel, W. S. 1997. Bimbingan
dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo
[2] Lilis Satriah, Bimbingan dan
Konseling Kelompok (Seting Masyarakat), (Bandung : Pustaka Kasidah Cinta,
2014), Cet.Ke-1. Hlm.23-24
[3] Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar
Bimbingan dan Konseling (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999), hlm.308-309
[4] W. S. Vinkel, Bimbingan dan
Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta: PT Grasindo, 1997), hlm
[5] Khairul Umam dan A. Achyar
Aminudin, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), Cet.Ke-1,
Hlm.150-151
[6]Siti Hartinah, Op.Cit. Hal
8-9
Casino Site | Lucky Club
BalasHapusLive Casino · Welcome luckyclub.live Offer · Casino Bonuses · Promotions · Games. · Live Dealer Games · Roulette · Live Dealer Games. · Live Casino. · Live Dealer Games.