Rabu, 07 Desember 2016

Bimbingan Kelompok



BIMBINGAN KELOMPOK

Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Bimbingan dan Penyuluhan
Dosen Pengampu : Dr. Sopiah, M.Ag
Kelas : M Reguler Sore 

logo stain.png

Disusun oleh :
Dwi Kartika Candra     2021214442
Fatminatul Istiyani        2021214460
M.Yusuf Azhari            2021214486
Nur Hayati                    2021214490

JURUSAN TARBIYAH PRODI PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PEKALONGAN
2016
 



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Sejak awal hidupnya manusia mengalami kebersamaan dan berusaha mendapatkan kebahagiaan hidup bersama. Manusia menjadi anggota dalam suatu kelompok. Kegiatan pendidikan formal juga berlangsung dalam lingkungan kelompok besar dan kelompok kecil. Perkembangan manusia muda untuk sebagian besar tergantung dari kualitas kehidupan berkelompok yang dialaminya. Interaksi dan komunikasi dengan sejumlah manusia muda lain yang tergabung dalam suatu kelompok, sangat mempengaruhi perkembangan hidup orang yang masih dalam taraf pendidikan.
Bimbingan di sekolah sebagai bagian integral dari pendidikan formal, juga memanfaatkan pengalaman hidup dalam berkelompok dengan anggota generasi muda yang lain untuk menunjang perkembangan optimal dari anak didik yang dibimbing, bahkan dilaksanakan sejumlah kegiatan bimbingan yang khusus dirancang sebagai kegiatan untuk dilakukan dalam lingkup suatu kelompok. Oleh karena itu, di samping bentuk bimbingan individual, juga dikenal bentuk bimbingan kelompok. Seorang tenaga bimbingan profesional harus mahir dalam memberikan bimbingan, baik secara individual maupun secara kelompok.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja yang melatarbelakangi adanya Bimbingan Kelompok?
2.      Apa yang dimaksud dengan Bimbingan Kelompok?
3.      Apa saja ciri-ciri suatu kelompok?
4.      Apa saja macam-macam kelompok?
5.      Bagaimana metode dalam Bimbingan Kelompok?
6.      Apa saja manfaat dari adanya Bimbingan Kelompok?

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Latar Belakang Bimbingan Kelompok
Ditinjau dari sejarah perkembanganya, pelayanan bimbingan kelompok juga berakar dalam gerakan bimbingan di Amerika Serikat yang dipelopori oleh Frank Pearsons pada awal abad ini, sama seperti pelayanan bimbingan secara individual. Tidak lama setelah Frank mencanangkan tentang bimbingan jabatan, beberapa sekolah di jenjang pendidikan menengah mulai mengelola program bimbingan kelompok dengan memanfaatkan kelompok struktural yang sudah terbentuk, yaitu unit/satuan kelas.
Selama tahun 1920 istilah bimbingan dan pendidikan memiliki arti yang tidak jauh berbeda satu sama lain. Bentuk bimbingan kelompok secara klasial menjadi ciri khas dari model bimbingan sebagaimana dikemukakan oleh John M. Prewer dalam bukunya education as guiance. Brewer berpendapat bahwa tugas pokok semua tenaga kependidikan adalah mempersiapkan siswa untuk mengatur berbagai bidang kehidupan sedemikian rupa sehingga bermakna dan memberikan kepuasan seperti bidang kesehatan, kehidupan keluarga, pekerjaan dan lain sebagainya. Pada masa itu, hampir semua sekolah di jenjang pendidikan menengah mengelola suatu program bimbingan kelompok secara klasial. Akan tetapi, tidak sedikit program kegiatan bimbingan kelompok mengalami kegagalan. Mereka tidak menyadari bahwa tujuan pelayanan bimbingan berbeda dengan tujuan pendidikan dan seluruh prosedur mendampingi siswa dalam studi akademik tidak dapat diterapkan begitu saja pada pengelolaan bimbingan di kelas. Mereka juga belum mengenal bidang ilmu terapan baru yang berkembang kemudian, yaitu bidang dinamika kelompok. Mereka juga belum mampu menerapkan pelayanan-pelayanan bimbingan secara kelompok. Oleh karena itu banyak sekolah yang menghapus program bimbingan kelompok secara klasial.
Sejak pertengahan 1930-an, lahir cabang ilmu terapan baru yang khusus mempelajari cara anggota dalam suatu kelompok berinteraksi satu sama lain dan beroperasi bersama.  Pada tahun 1964 Kurt Lewin dan Ronald Lippitt menyelenggarakan sejumlah loka karya dalam pengelolaan kelompok, memperkenalkan ilmu terapan ini kepada masyarakat luas. Beberapa lama kemudian gerakan dinamika kelompok memasuki bidang pendidikan. Dewasa ini, tenaga bimbingan profesional di institusi pendidikan sekolah harus menguasai dasar-dasar teoritis dari bekerja dengann kelompok-kelompok mahasiswa dan siswa, serta haus terampil dalam menyelenggarakan beraneka kegiatan bimbingan secara kelompok.[1]

B.  Pengertian Bimbingan Kelompok
Menurut Prayitno bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Artinya, semua peserta dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan sebagainya. Sedangkan menurut Wibowo bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan  kelompok, dimana pimpinan kelompok menyediakan informasi-informasi dan mengarahkan diskusi untuk membantu anggota-anggota kelompok dalam mencapai tujuan bersama.
Berdasarkan pengertian di atas maka, bimbingan kelompok mengandung makna sebagai berikut:
1.    Bimbingan kelompok merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok.
2.    Bimbingan menimbulkan interaksi antar anggota kelompok dengan saling mengeluarkan pendapat, memberikan tanggapan, saran, dan sebagainya.
3.    Bimbingan kelompok dipandu oleh pemimpin kelompok yang menyediakan informasi-informasi bermanfaat untuk dapat membantu menignkatkan pengetahuan dan keterampilannya.[2]

C.  Ciri-ciri Kelompok
Meskipun suatu kelompok terdiri sejumlah orang, tetapi kelompok bukan sekedar kumpulan sejumlah orang. Sejumlah orang yang berkumpul itu baru merupakan “lahan” bagi terbentuknya kelompok. Beberapa unsur perlu ditambahkan apabila kumpulan sejumlah orang itu hendak menjadi sebuah kelompok. Unsur-unsur tersebut yang paling pokok menyangkut tujuan, keanggotaan dan kepemimpinan, serta aturan yang diikuti.
Sekumpulan orang akan menjadi kelompok kalau mereka mempunyai tujuan bersama. Seluruh anggota kelompok melakukan kegiatan yang tertuju pada pencapaian tujuan bersama itu. Dalam suatu kelompok semua individu yang ada di dalamnya mengikatkan diri pada satu tujuan. Keanggotaan suatu kelompok justru ditentukan oleh keterikatan individu yang bersangkutan pada tujuan yang dimaksudkan itu. Keanggotaan kelompok disini tidak perlu harus dikaitkan pada sistem resmi, harus terdaftar, mempunyai kartu anggota, membayar iuran, dan lain-lain. Dengan demikian tanda keanggotaan dalam kelompok adalah rasa kebersamaan yang diikat deengan tujuan yang satu itu.
Kebersamaan dalam kelompok lebih lanjut diikat dengan adanya pemimpin kelompok yang bertugas mempersatukan seluruh anggota kelompok, untuk melakukan kegiatan bersama, untuk mencapai tujuan yang sama bersama. Adanya pemimpin kelompok sangat diperlukan, apabila pemimpin itu tidak ada, atau jika pemimpin itu tidak menjalankan tugasnya dengan baik, maka kelompok berantakan. Para anggota akan cerai berai dan tujuan bersama tidak akan tercapai.
Selanjutnya, kelompok yang sudah memiliki tujuan, anggota dan pemimpin itu tidaklah lengkap apabila belum memiliki aturan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatannya. Tanpa aturan itu pemimpin kelompok tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik, kegiatan anggota tidak terarah, atau akan terjadi kesimpangsiuran, atau bahkan benturan dan kekacauan yang semuanya akan mengakibatkan tujuan bersama tidak tercapai. Dengan demikian, jelaslah bahwa suatu kelompok membutuhkan aturan, nilai-nilai, atau pedoman yang memungkinkan seluruh anggota bertindak dan mengarahkan diri bagi pencapaian tujuan-tujuan yang mereka kehendaki.
Keempat unsur terbentuknya kelompok tersebut berlaku untuk semua jenis kelompok, baik ditinjau dari jumlah anggota maupun sifat dan tujuan terbentuknya kelompok. Menurut sifat pembentukannya dikenal adanya kelompok primer (misalnya satuan keluarga) dan kelompok sekunder , yaitu kelompok yang dibentuk secara sengaja untuk tujuan-tujuan tertentu (misalnya kelompok belajar, kelompok murid dalam satu kelas, kelompok organisasi pemuda, dan lain-lain). Kombinasi karakteristik kelompok itu (jumlah, sifat, dan tujuan pembentukannya) dapat terpadu dalam satu kelompok. Kelompok apapun yang terbentuk menuntut adanya unsur-unsur tujuan bersama, keanggotaan dan kepimpinan, serta aturan.[3]

D.  Macam-macam Kelompok
Jane Warters, dalam bukunya yang berjudul Group Guidance Principles and Practice,s Mengemukakan bahwa banyak sifat yang bersifat dikotomis yaitu:
1.    Kelompok Primer dan Skunder
Kelompok primer dapat dicirikan oleh kontak akrab yang kontinou, seperti dalam keluarga dan kelompok bermain pada anak dikampung. Kelompok skunder dibentuk atas dasar minat yang dikejar bersama, seperti satuan kelas di sekolah dan kelompok pecinta alam dalam kalangan mahasiswa. Kelompok atau group yang dibentuk untuk kepentingan kegiatan bimbingan bersifat kelompok skunder, baik kelompok besar maupun kelompok kecil.
2.    Sociogroup dan Psychogroup
Dalam kelompok yang pertama tekanannya terletak pada hal yang harus dilakukan bersama, dalam kelompok yang ke dua tekanannya terletak pada hubungan antarpribadi. Namun, tekanan itu dapat bergeser sehingga suatu sociogroup dapat menjadi suatu Psychogroup dan sebaliknya, bahkan dalam kelompok yang sama tekanannya kadang-kadang diberikan pada tugas yang dikerjakan, dan pada lain waktu unsur kebersamaan lebih diutamakan. Dalam kelompok atau group yang dibentuk untuk kepentingan kegiatan bimbingan, pembedaan antara kedua macam kelompok itu tidak sebegitu tajam karena, disamping mengusahakan sesuatu bersama, pembinaan hubungan antarpribadi juga harus diperhatikan.
3.    Kelompok yang Terorganisasi dan Kelompok yang Tidak Terorganisasi
Dalam kelompok yang terorganisasi terdapat diferensiasi antara peran-peran yang dipegang oleh anggota/peserrta kelompok, sehingga terdapat suatu struktur. Struktur itu dapat bersifat sangat formal dan kompleks, dapat pula bersifat informal dan agak sederhana. Dalam kelompok yang tidak terorganisasi setiap anggota bergerak lepas yang satu dari yang lain. Kelompok yang terbentuk untuk kepentingan kegiatan bimbingan adalah kelompok terorganisasi, lebih-lebih karena dibentuk di bawah pengawasan tenaga bimbingan. Namun, struktur organisasinya cenderung bersifat informal dan agak sederhana. Kelompok seluruh anggota OSIS yang mewakili para siswa di suatu sekolah adalah kelompok yang terorganisasi, dengan struktur yang jauh lebih formal.
4.    In Group dan Out Group
Dalam kelompok yang pertama para anggota merasa terikat antara satu sama lain dan menunjukkan loyalitas satu sama lain. Anggota out group adalah mereka yang bukan anggota kelompok tertentu, di antara mereka tidak terdapat rasa loyalitas, rasa simpati, dan rasa ketertarikan, bahkan mungkin terdapat rasa antipati dan rasa benci. Kelompok yang dibentuk untuk kepentingan kegiatan bimbingan tidak mengikuti pola pembedaan ini karena kelompok/gabungan itu tidak pernah boleh menghasilkan perbedaan tajam.
5.    Kelompok yang Keanggotaannya Bebas serta atas Dasar Sukarela dan Kelompok yang Keanggotaanya Diwajibkan
Di antara kelompok yang dibentuk untuk kegiatan bimbingan ada yang dibentuk atas dasar sukarela, misalnya kelompok konseling, dan ada juga yang dibentuk atas dasar kewajiban sebagai siswa yang bersekolah di institusi pendidikan tertentu, misalnya satuan kelas pada waktu tertentu menerima bimbingan karier.
6.    Kelompok Tertutup dan Kelompok Terbuka
Kelompok tertutup terdiri atas mereka yang mengikuti kegiatan kelompok sejak permulaan dan tidak menerima anggota baru sampai kegiatan kelompok berhenti. Kelompok terbuka memungkinkan adanya orang keluar dan orang masuk selama kegiatan kelompok berlangsung. Kelompok atau group kecil yang dibentuk dengan tujuan khusus cenderung bersifat tertutup seperti kelompok konseling, sedangkan kelompok besar lebih bersifat terbuka seperti, satuan kelas bila ada siswa baru masuk.[4]

E.  Teknik-teknik Bimbingan Kelompok
Teknik-teknik bimbingan kelompok dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1.    Home Room Progam
Kegiatan ini dilakukan di dalam kelas dalam bentuk pertemuan antara guru dengan murid di luar jam-jam pelajaran untuk membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu.
2.    Karya Wisata
Dengan karya wisata murid meninjau objek-objek menarik dan mereka mendapat informasi yang lebih baik dari objek itu.
3.    Diskusi Kelompok
Setiap murid mendapat kesempatan untuk memecahkan suatu masalah  bersama-sama dengan menyumbangkan pikiran masing-masing.


4.    Organisasi Murid
Murid mendapat kesempatan untuk belajar mengenai berbagai aspek kehidupan sosial. Mereka dapat mengembangkan bakat kepemimpinnya, di samping memupuk rasa tanggung jawab dan harga diri.[5]

F.   Manfaat Bimbingan Kelompok
Berikut adalah beberapa manfaat bimbingan kelompok :
1.    Terbatasnya tenaga pembimbing berbanding terbalik dengan siswa yang butuh dibimbing sehingga pelayanan bimbingan secara perseorangan tidak akan merata.
2.    Murid dilatih menghadapi suatu permasalahan atau tugas bersama dan memecahakan masalah bersama.
3.    Murid didorong untuk berani mengemukaan pendapatnya dan menghargai pendapat orang lain.
4.    Banyak informasi yang dibutuhkan oleh murid dapat diberikan secara kelompok dan cara tersebut lebih ekonomis.
5.    Murid menjadi sadar bahwa mereka butuh penyuluhan untuk mendapatkan bimbingan secara mendalam.
6.    Seorang ahli yang baru saja diangkat dapat memperkenalkan diri dan berusaha mendapatkan kepercayaan dari murid.[6]








BAB III
PENUTUP

Ditinjau dari sejarah perkembanganya, pelayanan bimbingan kelompok juga berakar dalam gerakan bimbingan di Amerika Serikat yang dipelopori oleh Frank Pearsons pada awal abad ini, sama seperti pelayanan bimbingan secara individual. Tidak lama setelah Frank mencanangkan tentang bimbingan jabatan, beberapa sekolah di jenjang pendidikan menengah mulai mengelola program bimbingan kelompok dengan memanfaatkan kelompok struktural yang sudah terbentuk, yaitu unit/satuan kelas.
Menurut Prayitno bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang, dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Artinya, semua peserta dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan sebagainya. Sedangkan menurut Wibowo bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan  kelompok, dimana pimpinan kelompok menyediakan informasi-informasi dan mengarahkan diskusi untuk membantu anggota-anggota kelompok dalam mencapai tujuan bersama.
Jane Warters, dalam bukunya yang berjudul Group Guidance Principles and Practice,s Mengemukakan bahwa banyak sifat yang bersifat dikotomis yaitu:
1.        Kelompok primer dan skunder
2.        Sociogroup dan psychogroup
3.        Kelompok yang terorganisasi dan kelompok yang tidak terorganisasi
4.        In group dan out group
5.        Kelompok yang keanggotaannya bebas serta atas dasar sukarela dan kelompok yang keanggotaanya diwajibkan
6.        Kelompok tertutup dan kelompok terbuka
Teknik-teknik bimbingan kelompok dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut; home room progam, karya wisata, diskusi kelompok, dan organisasi murid.
DAFTAR PUSTAKA

Hartinah, Siti. 2009. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung : Rafika Aditama
Prayitno dan Erman Amti. 1999. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Rineka Cipta
Satriah, Lilis. 2014. Bimbingan dan Konseling Kelompok (Seting Masyarakat). Bandung : Pustaka Kasidah Cinta
Umam, Khairul dan A. Achyar Aminudin. 1998. Bimbingan dan Penyuluhan. Bandung:  CV Pustaka Setia
Vinkel, W. S. 1997. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo


[1]Siti Hartinah, Konsep Dasar Bimbingan Kelompok, (Bandung : Rafika Aditama, 2009), Hal. 1- 3
[2] Lilis Satriah, Bimbingan dan Konseling Kelompok (Seting Masyarakat), (Bandung : Pustaka Kasidah Cinta, 2014), Cet.Ke-1. Hlm.23-24
[3] Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999), hlm.308-309
[4] W. S. Vinkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta: PT Grasindo, 1997), hlm
[5] Khairul Umam dan A. Achyar Aminudin, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung:  CV Pustaka Setia, 1998), Cet.Ke-1, Hlm.150-151
[6]Siti Hartinah, Op.Cit. Hal 8-9

1 komentar:

  1. Casino Site | Lucky Club
    Live Casino · Welcome luckyclub.live Offer · Casino Bonuses · Promotions · Games. · Live Dealer Games · Roulette · Live Dealer Games. · Live Casino. · Live Dealer Games.

    BalasHapus