Jumat, 09 Desember 2016

Kurikulum Pendidikan



KURIKULUM PENDIDIKAN

Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Ilmu Pendidikan
Dosen Pengampu : AbdulKhobir, M.Ag
Kelas : M Reguler Sore
logo stain.png

Disusun oleh :
Fatminatul Istiyani     2021214460
Af’idatus Sholiha       2021214461
M.Yusuf Azhari         2021214486

JURUSAN TARBIYAH PRODI PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2015
 


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah hak setiap Warga Negara Indonesia. Akan tetapi pendidikan tidaklah berjalan sesuai kehendak negara. Banyak masalah dan hambatan-hambatan yang harus dilalui demi tercapainya tujuan pendidikan. Kurikulum merupakan salah satu upaya untuk mencapai tujuan tersebut. Kurikulum sebagai batas-batas siswa tentang apa saja yang perlu dipelajari dalam jenjang pendidikan tertentu. Dengan harapan agar pendidikan bisa dilaksanakan lebih terarah sehingga bisa efektif dan efisien.
Dalam kesempatan kali ini pemakalah mendapat tugas untuk mempresentasikan makalah tentang kurikulum pendidikan. oleh karena itu akan lebih lagi kita mengenal dulu apa pengertian kurikulum, komponen-komponennya. Kita juga perlu mengetahui apa saja peranan dan fungsi kurikulum bagi pendidikan. kemudian prinsip-prinsip dan sejarah kurikulum di Indonesia. Semoga dengan ditulisnya makalah ini menambah pengetahuan kita dan semoga ilmu kita bermanfaat. Amin.

B.  Rumusan Masalah
1.                                    Apa pengertian kurikulum?
2.                                    Apa saja komponen-komponen kurikulum?
3.                                    Bagaimana peranan kurikulum dalam ilmu pendidikan?
4.                                    Bagaimana fungsi kurikulum dalam ilmu pendidikan?
5.                                    Apa saja prinsip dalam pengembangan kurikulum?
6.                                    Bagaimana sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia?





BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Kurikulum
Secara etimologi kurikulum diambil dari bahasa Yunani “curure” berarti jarak yang harus ditempuh oleh para pelari dari mulai start sampai finish.[1] Dalam bahasa arab kurikulum disebut al-manhaj yang bermakna jalan yang terang atau jalan terang yang dialalui manusia pada berbagai bidang kehidupan.[2]
Sedangkan secara istilah ada dua pengertian yaitu secara tradisional dan secara modern. Menurut William B. Ragan pengertian kurikulum secara tradisional berarti sejumlah pelajaran yang harus ditempuh siswa di sekolah atau kursus.  Sedangkan secara modern menurut Saylor J. Gallen dan William N. Alexander kurikulum berarti keseluruhan usaha sekolah untuk mempengaruhi belajar baik yang berlangsung di kelas, di halaman, maupun di luar sekolah.[3] Kurikulum adalah keseluruhaan progam dan fasilitas, dan kegiatan suatu lembaga pendidikan atau pelatihan untuk mewujudkan visi dan misi lembaganya.[4]
Dalam kontek pendidikan nasional kurikulum adalah rencana tertulis tentang kemampuan yang harus dimiliki berdasarkan standar nasional, materiyang perlu dipelajari dan pengalaman belajar yang harus dijalani untuk mencapai kemampuan tersebut, dan evaluasi yang perlu dilakukan untuk menentukan tingkat pencapaian kemampuan peserta didik, serta seperangkat peraturan yang berkenaan dengan pengalaman belajar peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya pada satuan pendidikan tertentu.[5]

B.  Komponen-komponen Kurikulum
1.      Tujuan
Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan
2.      Isi/Materi Pelajaran
Isi kurikulum merupakan komponen ang berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa.
3.      Metode/Strategi
Metode atau strategi berhubungan dengan implementasi kurikulum agar tercapainya tujuan pembelajaran.
4.      Evaluasi
Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektifitas pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum, evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, atau evaluasi digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang ditentukan.[6]

C.  Peranan Kurikulum
Terdapat tiga jenis peranan kurikulum yang dinilai sangat pokok, yaitu: Peranan Konservatif, Peranan Kreatif, Peranan kritis dan evaluatif.
1.    Peranan konservatif
Peranan konservatif menekankan bahwa kurikulum dapat diajadikan sebagai sarana untuk mentransmisikan niali-nilai warisan budaya masa lalu yang dianggap masih relevan dengan masa kini kepada anak didik selaku generasi penerus.
2.    Peranan kreatif
Peranan kreatif menekankan bahwa kurikulum harus mampu mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan masa mendatang.
3.    Peranan kritis dan evaluatif.
Peranan kurikulum tidak hanya mewariskan nilai dan budaya yang ada atau menerapkan hasil perkembangan baru yang terjadi, melainkan juga memiliki peranan untuk menilai dan memilih nilai dan budaya serta pengetahuan baru yang akan diwariskan tersebut.[7]

D.  Fungsi Kurikulum dalam Ilmu Pendidikan
1.    Fungsi Penyesuaian (the adjust fine of adaptive function)
Fungsi penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mengarahkan anak didik agar memiliki sifat well adjusted yaitu mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
2.    Fungsi Pengintegrasian (the integrating function)
Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa pada dasarnya merupakan anggota dan bagian integral dari masyarakat. Oleh karena itu, siswa harus memiliki kepribadian yang dibutuhkan untuk dapat hidup dan berintegrasi dengan masyarakatnya.
3.    Fungsi Perbedaan (the differentiating function)
Fungsi diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu anak didik.
4.    Fungsi Persiapan (The Propaedeutic Function)
Fungsi persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memepersiapakan anak didik agar mampu melanjutkan studi ke jenjang berikutnya. Selain itu, kurikulum juga diharapkan dapat mempersiapkan siswa untuk dapat hidup dalam masyarakat seandainya karena suatu hal, tidak dapat melanjutkan pendidikannya.
5.    Fungsi Pemilihan (the selective function)
Fungsi pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan kesempatan kepada anak didik dalam memilih program-program belajar yang sesuai dengan kemempuan dan minatnya.
6.    Fungsi Diagnostik (the diacnostic function)
Fungsi diagnostic mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu membantu dan mengarahkan anak didik untuk dapat memahami dan menerima potensi dan kelemahan yang dimilikinya. Apabila anak didik sudah mampu memahami kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya, maka diharapkan siswa dapat mengembangkan sendiri potensi kekuatan yang dimilikinya atau memperbaiki kelemahannya.[8]

E.  Prinsip-Prinsip dalam Pengembangan Kurikulum
1.    Prinsip Relevansi
Prinsip relevansi artinya prinsip kesesuaian. Prinsip ini dibagi menjadi dua jenis yaitu:
a.    Relevansi eksternal
Artinya kurikulum harus sesuai dengan tuntunan dan kebutuhan masyarakat.
b.    Relevansi internal
Relevansi internal yaitu kesesuaian antar komponen kurikulum itu sendiri.
2.    Prinsip Fleksibilitas
Prinsip Fleksibilitas berarti suatu kurikulum harus lentur atau tidak kaku terutama dalam hal pelaksanaannya. Pada dasarnya, kurikulum didesain untuk mencapai suatu tujuan tertentu sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikan tertentu.
3.    Prinsip Kontinuitas
Prinsip Kontinuitas artinya kurikulum dikembangkan secara berkesinambuangan yang meliputi sinambung antar kelas maupun sinambung antar jenjang pendidikan.
4.    Prinsip Praktis atau Efesiensi
Prinsip Praktis atau Efisiensi, kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan prinsip praktis yaitu dapat dan mudah diterapkan di lapangan. Efesiansi artinya tidak mahal alias murah.
5.    Prinsip Efektifitas
Prinsip ini menunjukkan pada suatu pengertian bahwa kurikulum selalu berorientasi pada tujuan tertentu yang ingin dicapai.[9]

F.   Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia
1.      Rencana Pelajaran 1947
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah “leer plan”. Dalam bahasa belanda , artinya rencana pelajaran, lebih populer ketimbang Curriculum (Bahasa ingris). Perubahan kisi-kisi pendidikan lebih bersifat politis: dari orientasi pendidikan belanda ke kepentingan nasional. Asas pendidikan ditetapkan pancasila.
2.      Rencana Pelajaran Terurai 1952
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran  yang disebut rencana pelajaran terurai 1952. “silabus mata pelajarannya jelas sekali. Seorang guru mengajar satu mata pelajaran,” kata djuzak ahmad, direktur pendidikan dasar depdiknas periode 1991-1995. Ketika itu, diusia 16 tahun Djuzak adalah guru SD Tambelan dan Tanjung Pinang, Riau.
3.      Kurikulum 1968
Kelahiran kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti rencana pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk orde lama. Tujuannya pada pembentukan manusia pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9.
4.      Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. “yang melatarbelakangi adalah pengeruh konsep dibidang manajemen, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu,” kata Drs Mudjito, Ak, Msi, direktur pembinaan TK dan SD Depdiknas.
5.      Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung proses skill approach meski mengutamakan pendekatan proses tapi paktor tujuan tetap penting. Kurikuylum ini juga sering disebut kurikulum 1975 yang disempurnakan. Posisi siswa ditempatkan sebagai sabjek belajar dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusiakn hingga melaporkan. Model ini disebut cara belajar siswa aktif (CBSA).
6.      Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya. Jiwanya ingin mengkombinasikan abtara kurikulum 1975 dan 1984 antara pendekatan proses.
Sayangnya perpaduan tujuan dan proses belum berhasil. Materi muatan local disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing, misalnya bahasa daerah, kesenian,keterampilan daerah dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok masyaraka juga mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Alhasil, kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat. Kejatuhan rezim Suharto pada 1998 diikuti kehadiran suplemen kurikulum 1999. Tapi perubahannya lebih pada menambah sejumlah materi.
7.      Kurikulum 2004
Bahasa kerennya kurikulum berbasis kompetensi (KBK) setiap pelajaran diurai berdasar kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa. Sayangnya kerancuan muncul bila dikaitkan dengan alat ukur kompetensi siswa yakni ujian. Uijian akhir nasional masih berupa pilihan ganda. Bila target kompetensi yang ingin dicapai, evaluasinya tentu lebih banyak pada praktik atau uraian yang mampu mengukur seberapa besar pemahaman dan kompetensi siswa. Meski baru diuji cobakan di sejumlah sekolah kota-kota di pulau Jawa dan kota besar di luar pulau Jawa telah menerapkan KBK. Hasilnya tak memuaskan. Gugu-gurupun tak paham betul apa sebenarnya kompetensi yang diinginkan pembuat kurikulum (sumber: Depdiknas.co.id)
8.      KTSP 2006
Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan muncullah kurikulum tingkat satuan pendidikan. Pelajaran KTSP masih tersendat. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan kerangka dasar (KD), setandar kompetensi lulusan( SKL), standar kompetensi dan  kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk satuan pendidikan telah ditetapkan oleh departemen pendidikan nasional. Jadi pengembangan perangkat pembelajaran seperti silabus dan system penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi pemerintah kabupaten/kota.
9.      Kurikulum 2013
Kurikumlum 2013 mempunyai ciri dan karakteristik tertentu. Karakteristik dan ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut :
1.    Mewujudkan pendidikan berkarakter
2.    Menciptakan Pendidikan Berwawasan Lokal
3.    Menciptakan Pendidikan yang ceria dan Bersahabat[10]


BAB III
PENUTUP

Secara etimologi kurikulum diambil dari bahasa Yunani “curure” berarti jarak yang harus ditempuh oleh para pelari dari mulai start sampai finish. Dalam bahasa arab kurikulum disebut al-manhaj yang bermakna jalan yang terang atau jalan terang yang dialalui manusia pada berbagai bidang kehidupan.
Sedangkan secara istilah ada dua pengertian yaitu secara tradisional dan secara modern. Menurut William B. Ragan pengertian kurikulum secara tradisional berarti sejumlah pelajaran yang harus ditempuh siswa di sekolah atau kursus.  Sedangkan secara modern menurut Saylor J. Gallen dan William N. Alexander kurikulum berarti keseluruhan usaha sekolah untuk mempengaruhi belajar baik yang berlangsung di kelas, di halaman, maupun di luar sekolah.
Komponen-komponen Kurikulum ada empat yaitu tujuan,. Isi, metode, dan valuasi. Peranan kurikulum meliputi peranan konservatif, peranan kreatif,  dan peranan kritis dan evaluatif. Fungsi Kurikulum meliputi fungsi penyesuaian, fungsi pengintegrasian, fungsi perbedaan, fungsi Persiapan, fungsi emilihan, dan fungsi diagnostik. Prinsip-prinsip kurikulum meliputi prinsip relevansi, prinsip fleksibilitas, prinsip kontinuitas, prinsip praktis atau efesiensi, dan prinsip efektifitas.
Sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia meliputi, rencana pelajaran 1947, rencana pelajaran terurai 1952, kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994 dan suplemen kurikulum 1999, kurikulum 2004, KTSP 2006, dan kurikulum 2013.







DAFTAR PUSTAKA
                            
Gunawan, Heri. 2012. Kurikulum dan pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung : Alfabeta.
Hasbullah. 2007. Otonomi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Ismawati, Esti. 2012. Telaah Kurikulum dan Pengembangan Bahan Ajar. Yogyakarta : Ombak Dua.
Khusnaini, Ulfah. 2014. “Makalah Pengertian Peranan dan Fungsi Kurikulum dalam Ilmu Pendidikan” http://ulfahkhusnaini23.blogspot.co.id/2014/11/definisi-peran-fungsi-prinsip-dan.html.
Nata, Abudin. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana.
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada.


[1] Heri Gunawan, Kurikulum dan pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung : Alfabeta, 2012), Cet.Ke-1, Hlm. 1
[2] Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana, 2010), Cet.Ke-1, Hlm. 121
[3] Esti Ismawati, Telaah Kurikulum dan Pengembangan Bahan Ajar (Yogyakarta : Ombak Dua, 2012) Hlm.1-3
[4] Hasbullah, Otonomi Pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007) Ed.Ke-2. Hlm. 21
[5] Heri Gunawan, Op.Cit. Hlm. 4
[6] Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2013) Cet.Ke-3, Hlm. 46-56
[7] Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Op.Cit. Hlm.10-11
[8] Ibid. Hlm.9-10
[9] Ibid. Hlm. 67-69
[10] Ulfah Khusnaini, “Makalah Pengertian Peranan dan Fungsi Kurikulum dalam Ilmu Pendidikan” http://ulfahkhusnaini23.blogspot.co.id/2014/11/definisi-peran-fungsi-prinsip-dan.html. (12 November 2014). Diakses 18 Maret 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar